JAKARTA - Tak banyak yang tahu, seorang pahlawan baru telah lahir di Depok. Hanya pemilik RS Sofa Marwah, Depok, yang tahu wajahnya. Tapi identitasnya tetap tak terlacak. Sang pahlawan itu menyebut dirinya hamba Allah.
Orang itu adalah pahlawan bagi pasangan Aryo Bimo (34) dan Suharyani (30) serta Widi Wijaya (48) dan Santi (27). Lantaran uluran tangan hamba Allah, dua pasutri yang berprofesi sebagai pemulung itu bisa membawa pulang bayinya yang ditahan pihak RS sejak empat bulan lalu.
Pagi tadi, ketika Aryo dan Widi kalut memikirkan biaya persalinan anaknya, datang berita gembira dari pemilik RS Sofa Marwah, Ibu Yani. Dia bercerita telah datang seorang dermawan yang telah melunasi seluruh ongkos RS.
Aryo dan Widi pun terharu bercampur rasa tak percaya. Betapa tidak tanggungan mereka ke RS masing-masing masih sebesar Rp20 juta dan Rp7,5 juta. Setelah ditegaskan bahwa berita itu benar, Aryo dan Widi pun mencoba mencaritahu siapa gerangan sang dermawan. Tapi sekali lagi, tak ada yang tahu siapa dia.
Berkaca dari kisah di atas, ternyata masih banyak manusia baik yang peduli dengan sesama tanpa pamrih. Untuk menolong, sang dermawan tak perlu membuat seremonial serta mengundang media. Dia hanya datang sendiri di pagi hari dan melunasi seluruh biaya persalinan dan perawatan pasangan pemulung. Itu pun tanpa menyebutkan identitas diri.
Ajaran tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah serta berikanlah sedekah dari tangan kanan tanpa sepengetahuan tangan kiri, telah dilakukan dengan baik oleh sang Hamba Allah.
Semangat di atas pula yang coba diusung Pemda DKI dengan menerapkan Perda No 8/2007 tentang Ketertiban Umum. Di dalamnya ada klausul pemberi sedekah di jalanan bisa di denda Rp20 juta. Meski masih menuai pro kontra, namun terobosan itu patut diapresiasi.
Betapa tidak, dengan aturan tersebut kita diajari agar tertib tidak memberikan sedekah kepada para pengemis dan anak jalanan. Toh, memberikan uang receh kepada anak jalanan malah akan melestarikan kemiskinan.
Untuk beramal sudah ada lembaga yang siap menyalurkan. Memang beda rasanya, memberikan langsung sumbangan kepada si penerima daripada lewat lembaga penyalur.
Ada rasa puas di dalam hati saat langsung memberikan sumbangan kepada sang penerima. Sambil diiringi sebuah senyuman kecil, berisi kebanggaan atau bahkan kesombongan. Padahal rasa inilah yang sebenarnya harus dihindarkan.
Sungguh, menyalurkan zakat, infak, dan sedekah lewat lembaga penyedia jasa tersebut, akan lebih baik ketimbang menyalurkannya sendiri. Efisiensi, efektivitas, serta ketepatan target penerima sedekah akan terwujud. Belum lagi, rasa bangga serta riya di dalam hati kerena telah beramal akan bisa dieliminir.
No comments:
Post a Comment