Lampu
merah terlihat dari kejauhan ...,27,26,25… Semakin aku mendekat. Terlihat jelas
…,18,17,16... Menghitung dalam hati, terasa terbawa dalam ruang dan waktu yang
berbeda, teringat seseorang
"haaiii,
lagi nglamunin apa sih! serius sekali" terdengar suara cewek yang membuat
aku terperajat kaget.
Beberapa
detik
TIN-TINT-TINTT
suara
keras klason membuat aku lebih kaget
dan akupun
tak berpikir panjang bergerak dari traffic light itu dan berbelok ke kanan..
Dalam
perjalanan aku terus memandang langit malam meskipun tanpa bulan tak ada satu
pun bintang berkelap kelip diatas sana, beberapa kali aku menengok depan
memastikan tak ada kendaraan didepanku. Semakin aku terbawa, udara sepoi, lampu
lampu jalanan yang sepia, dan beberapa kendaraan yang melaju melewatiku tanpa
mempedulikan keadaan sekelilingnya.
"alf,
kamu ingat tidak, kita pernah poto di atas jembatan sana, aku masih ingat
betul, gara2 pengen bergaya kayak superman kamu hampir jatuh diatas sana
hihihih! untungnya ada aku disana hihi" suara cekikikan geli tanpa ada
beban terdengar samar2 ditelingaku
air
menetes diwajahku, beberapa detik turunlah berjuta air dari atas membasahi
tubuhku yang sangat menenagkan jiwa ini, akupun langsung membelokan motorku keluar
jalur dan mencari tempat yang lebih kering teduh biar aku terjaga dari hujan
yang semakin deras ini, udara sangat dingin terasa membuat tulang2ku beku dan
membuat tubuhku terus bergetar. Lalu Aku mencoba mengosok-gosokan kedua
tanganku dan meniup udara hangat ke dalam kedua tanganku.
"ya
ujan!!basah deh... udara tambah dingin lagi" keluh beta kedinginan
"nih
pakai jaketku, biar lebih hangat" pintaku kepada beta
"ga
usah alf,kamu kan basah kuyup, entar lebih kedinginan kalau ga pakai jaket
itu"
Lalu aku
paksa beta untuk mengenakan jaket setegah basahku kepada beta, walapun setegah basa mungkin bisa
membuat beta lebih hangat meskipun tubuh terasa membeku oleh dinginya hujan
malam ini.
lalu
dia berkata "terimakasih, alfa"
30
menit berlalu dengan canda tawa bermain air di tempat teduh itu sehingga
melupakan dinginnya hujan yang jika
dirasakan membuat tubuh ini kaku kedinginan. tiba tiba suara petir mengelegar
…..DEARRRRRRRR.....
melihat
sekeliling terasa sepi hanya diterangi lampu pijar 5 watt, nampak remang
remang. hujan mulai reda hanya gerimis yang memulai menampakan pertujukannya.
lalu aku beranjak dan mulai kembali melanjutkan perjalanku. aku masih terbayang
hal-hal yang dulu. terasa nyata dan selalu bergulir disetiap aku berhenti etah
dimana aku merasa dia selalu disampingku.
……….8
bulan yang lalu…..
aku
mengenal beta dari sekolah menegah akhir, kita selalu bersama dari bel sekolah masuk
hingga pulang sekolah, seperti layaknya pasangan kekasih yang mabuk cinta yang
tak terpisahkan meskipun kenyataannya kita hanyalah teman sahabat saja. Aku dan
beta beda jurusan dan beda aktifitas tapi pada akhirnya pasti bersama. beta
adalah seaorang gadis yang riang, dia memiliki senyum yang manis, walau kadang
suka bego sendiri. aku pertamakali menggangap dia aneh selalu senyum sendiri.
aku pikir dia itu psychopat gila dengan senyum khasnya yang mengerikan. dan ternyata
setelah mengenalnnya aku pun menjadi
bagian dari dirinya. Awal pertemuan kita sungguh tak aku duka disaat aku kena
kasus di sekolah karena ketahuan merokok dan beta sendiri ketahuan ingin kabur
dari sekolah jadi kami berdua di diceramahi banyak hal dari guru BK sampai
perut kami meronta kelaparan dari situlah kita mengenal. Dan selalu membuat
masalah walaupun aku seorang yang lebih tertutup dari pada beta yang lebih
cerewet dan penuh dengan hal yang tak bisa aku duga sama sekali.
1 hal
lagi kebiasaan kita yang unik, aku dan beta selalu berjalan dan menikmati
indahnya kota kecil kami di waktu terbit dan tengelamnnya mentari. Dan ternyata
kota yang kecil, kampung halaman, kota kelahiranku terasa indah dari penjuru
mataangin. aku baru menyadari ada sebuah tempat, yang biasa kita sebut skyward
"menuju ke angkasa" disana kota kecil kami terlihat semua dari
sepanjang penjuru mata angin. disana terdapat pohon beringin yang sudah tua,
dari awal pertama aku lihat merinding juga, berjunta junta akar sangat rindang
dan agak mistis jika aku rasakan
"wadeh,
bet ini namanya sarang genderuwo bukan skyward!!"
"heheehh,
itu yang menjadikan lebih sempurnah" jawab singkat beta
"maksud
kau??" saut aku penuh tanda tanya sambil melihat pohon yang mistis itu
"kalau
ga ada tuh pohon, nih tempat akan dijadikan tempat muda mudi pacaran, dijadikan
tempat macam bulan madu mereka, dan akhirnya tempat ini menjadi banyak sampah
dan bau"
“tapi
kita nikmatin saja alf, keberadaan kita disini mumpung masih perawan tempat ini
hihihihihi” tawa khasnya beta muncul di akhir kalimat konyolnya.
Aku
dan beta menikmati indahnya tempat itu, dari jauh di balik gunung, sang surya
mulai kembali terbenam, meninggalkan sinar emas yang membuat reflesi ke dalam
langit sore itu, sungguh merona kejingaan.
Tiba-tiba
beta menyadarkan tubuhnya, kepala beta tepat menempel di pundak kananku, bau
parfumnya tercium dekat menempel disela-sela nafasku.
“alf,
kau akan tetap disampingku seperti inikan?” Tanya beta serius
Tak
kusangka, sosok beta yang konyol, suka blak-balakan, idealis, dan periang
berubah haluan berpuluh puluh derajat. Baru kali ini aku mendengar ucapan beta
yang membuat jantung ini terasa tak berdetak. Beberapa detik menit aku hanya
terdiam, tak menanggapi ucapan beta.
“aku
ingat seseorang alf, dia adalah orang paling special buatku, dulu kami selalu
bersama sepanjang waktu seperti kita ini, selalu bercanda tawa, berlari lari
tak mempedulikan kesedihan dihati…” beta berdiri dan menatap senja
Sepintas
beta meneteskan air mata, namun dia hannya menutupinya dengan tawa
kekonyolannya
“eh
alf, malah bengong sih, ayo sudah malam.. saatnya kamu mengatar tuan putri
pulang keistana” sentak beta sambil melempar batu kecil ke arahku
tak
kusangka dia masih biasa bercanda dan berupaya menguatkan dirinya sendiri. Aku
pun hanya biasa terdiam kali ini, dan hanya mengikuti tawa-tawa konyol dan
sycopatnya beta….
“ketemu
besok alfa sayaaaaaannnggggggggku” teriak beta didepan rumahnya yang dianggap
lapangan yang luas tanpa ada bangunan disana.
Akupun
hanya mengangat tangan kananku dan melambai beberapa lambaian saja. Dan dari balik kaca spion, aku melihat beta dan
semakin jauh dan menjauh hingga tak Nampak. Aku hanya berpikir tentang
perkataan beta tadi di atas bukit. Apa yang ingin dia katakana kepadaku saat
itu, banyak hal yang aku tak tau dari sosok beta selama ini. Dari samping
kilatan sinar yang menyilaukan mata dan di ikuti suara klakson yang terdengar
beberapa meter disampingku……
DYAARRRRRR……!!!!!!!
…..
………
Suara
keras terdengar, pagi ini terasa kepalaku ingin meledak, suara alarm memecah
sebagian kepalaku, aku mencari cari dari mana suara itu datang, ternyata suara
dari telepon gengamku. Lalu aku meraihnya dan waker otomatisku terpasang jam 7
tepat, yang membuat otakku meleleh. Waker terpasang kode-kode sulit untuk
memetikannya yang bertujuan agar aku cepat bangun dan bergegas sadar dari
buaian kemalasan. Tapi pagi ini tubuhku terasa panas dingin, mungkin deman
menyerang tubuhku dikarenakan kehujanan malam itu, diwaktu kondisi tubuhku
tidak fit. Tak peduli dengan kode-kode itu, aku masukan telepon gengamku kedalam
tumpukan baju-baju kotorku, sebelumnya aku masukan kedalam kantong plastic
untuk lebih meredam suara kerasnya.
Aku
lalu menjatuhkan diri kedalam tempat tidurku dan meraih slimutku yang hangat.
Suara waker tak lagi aku hiraukan, lambat laut suara terdengar familiar bagi
telingaku, tumbuhku terasa berat, nafasku sesak, penglihatanku sangat buyar tak
mampu memandang jelas jarak 1 meter kedepan, suara lirih dan bergema... Terasa
pegangan kencang meremas tanganku, teriakan dari segala arah memangil-mangil
namaku.
"ALFA
BANGUN... KAMU HARUS TETAP..."
suara
yang mengema tak lagi bisa aku dengar dengan jelas... Terasa tak asing suara di
telingaku..
DOk.DOk.DOk
"hai
tukang tidur, saatnya bangun oi,KULIAH" suara di balik pintu kamarku yang
didobrak oleh dony salah satu teman tempat aku tinggal saat ini. Sontak saja
aku kaget dan terlihat tubuhku berkeringat mengalir, nafasku tersengak sengok
tak terkontrol.... dony lalu
menghampiriku
“kau
demam alfa” teriak dony sambil memengang tubuhku yang panas penuh keringat. Dony
lalu meraih tubuhku dan menyandarkan aku di tembok.
“kau
harus ke dokter sekarang” panik dony
“ga
usah don, entar juga sembuh” jawab singkatku
Dony
memaksaku untuk kedokter walau diriku lemas tak berdaya. Aku hanya memandang
sekitar kamar yang semakin gelap. Aku pun mulai bangkit entah beberapa detik
aku mulai jalan kakiku tak mampu lagi menopang tubuhku ini dan akupun terjatuh
tak sadarkan diri di lantai kamarku yang dingin tepat di kaki dony.
……..
Suara
tangisan terdengar di sampingku, aku mencoba menarik tangaku, bahkan
jari-jarikupun tak bisa aku rasakan. Seluruh tubuhku tak mampu aku rasakan
seperti biasanya. Jarak pandangku kacau
tak mampu melihat seseorang yang disampingku. Aku hanya bisa bernafas sesak dan
mendengar beberapa alat, seperti alat bantu pernafasan. Banyak hal yang aku
lupakan, sama sakali aku tak mengingat
apa yang terjadi.
Suara
lirik terdengar di balik tangis dari arah sampingku
“alfa,
aku tidak akan meninggalkanmu aku akan terus menunggumu disini sampai kamu
sembuh, tetap berjuang alf”
Pastilah
itu suara beta yang selalu aku ingat, terdengar sangat lirih seperti orang yang belum makan beberapa
minggu, suara lemas sedih, membuat hati ini semakin sesak melihat suara dan
tangis itu. Aku terasa sesak, suara alat bantu dan detak jantung semakin
terdengar kencang. Teriakan dari arah samping
“DOKTER…
DOKTER.. ALFA DOK”
Suara
teriakan panik beta mengema di ruangan itu. Beberapa dokter dan perawat mulai
berdatangan. Salah satu perawat itu menyuntikkan sesuatu ke lenganku dan dokter
itu mulai menginstruksi perawat untuk membawaku keluar kamar tersebut
“BAWA
PASIEN KE RUANG UGD CEPAT”
Detak
jantungku semakin berdekat kencang sesak nafas yang sesak seperti katungan
nafsku hilang. Beberapa saat dentuman keras dari dadaku, terasa membuat segala
tubuhku bergetar. Dentuman kedua Sangat kuat terasa membuat jantung ku meledak.
Tiba tiba akupun terperanjat dari tempat aku tidur.
“alfa,
kau sudah sadar”
Melihat
sekeliling, terlihat dony didepanku. Aku berada di ruangan yang bersekatan,
sebuah bangsal rumah sakit. Yang terdapat 4 kasur berukuran kecil. Bau khas
rumah sakit yang kental dengan obat.
“hai,
don… akhirnya aku disini juga” lemas suaraku berbicara
“kau
sudah gila, menyiksa tubuhmu sendiri, sudah lama kau tak makan!!” tanya doni
geram
Aku
hanya terdiam tak mempedulikan kecemasan dony, hanya senyuman yang aku bagi
kepadannya. Dony pun merasa pasrah melihat diriku yang tergeletak disini.
“yah,
okelah kalau begitu, aku sudah mulai tenang kalau kau sudah sadarkan diri, aku
mau cari makan dulu, gara-gara kau aku tak mengisi perut ini dari pagi” ucap
dony sambil keluar dari bangsal menuju kantin terdekat.
……..
Suara
kipas angin yang berderit nampak sangat tua mengiang-iang dalam ruangaku
berada, tercium harum buah jeruk yang
asam meresap dalam aromannya. Angin sepoi membawaku kedalam hentian waktu yang
tercipta ragu menjelma menjadi bangian yang hilang. Aku merasakan ada sesuatu
yang hilang dalam memori kehidupanku, seseorang yang dulu menghadirkan sebuah
arti sebuah kehidupan yang manis.
…….
Dia
tersenyum disebelahku “mau buah? Aku kupas dulu ya appelnya” tanya beta dengan
semyum meronanya.
Dia
selalu berada disampingku, selalu menjadikan sebuah pegangan dalam aku
melangkah, selalu setia kemanapun aku berada.
“kau
capek kan? Pulanglah istirahat” pintaku menatap beta yang sedang mengupas buah
untukku
“entar
ah, aku lagi ngupas buah nih tanggung” jawab pendek beta
Sore
itu aku memandang beta yang begitu lelah tubuhnya kurus dan terlihat kantung
tidurnya yang telah menghitam. Namun dia tak menampakan kesedihan sedikitpun di
depanku, terus tersenyum dan berupaya menguatkan diri untukku.
“terimakasih
untuk semuanya beta” ucapku
Dia
hanya menjawab dengan senyum dan memengang tanganku penuh kehangatan.
Tiba-tiba
suara telepon genggam terdengar dari dalam tas beta yang tergeletak di kursi.
Tak ada reaksi dari beta untuk mengankatnya. Beberapa kali suara keluar dari
balik tasnya namun ekspresi beta terasa berat untuk mengangkatnya.
“angkatlah
bet, siapa tau penting”
“ah
bodo’ paling dari teman yang pengen tau soal tugas sekolah atau ga ya dari
teman yang pengen curhat, biarlahlah nanti aku sms saja” jawab beta judes
sambil menyuapkan buah yang dia kupas kepadaku.
“habis
ini minum obat dan istirahat oke, aku mau keluar dulu, cari cemilan buat
amunisi entar malem dan awas jangan sisakan atau dibuang obatnya!!!!” beta
dengan cerewet menjelaskan segala aturan, seakan melampaui kecerewetan ibuku
dan lalu beta mengambil dompet dan meletakkan tas didekat tempatku berada.
15
menit berlalu tanpa beta
Kesunyian
melanda ruangan ini
Suara
ringtone terdengar dari arah tas beta, suara genggam beta mulai kembali
berdering tanpa ada empunya berada. Terus berdering dan berdering tanpa henti.
Langsung aku raih tas beta dan mencari telepon gengamnya dan mengangkatnya.
Sebelum
aku menjawabnya, langsung terdengar suara dari balik spekernya
“beta!
Kenapa kau tak pernah membalas semua email dan smsku, kau marah kepadaku?” jawab
sosok pria dari balik telpon genggam beta.
“em
sorry, ini bukan beta, dia sedang keluar dan hpnya dia tinggal” jawab aku