Thursday, July 26, 2012

(alba&beta) bersambung ???



Lampu merah terlihat dari kejauhan ...,27,26,25… Semakin aku mendekat. Terlihat jelas …,18,17,16... Menghitung dalam hati, terasa terbawa dalam ruang dan waktu yang berbeda, teringat seseorang
"haaiii, lagi nglamunin apa sih! serius sekali" terdengar suara cewek yang membuat aku terperajat kaget.
Beberapa detik
TIN-TINT-TINTT
suara keras klason membuat aku lebih kaget
dan akupun tak berpikir panjang bergerak dari traffic light itu dan berbelok ke kanan..
Dalam perjalanan aku terus memandang langit malam meskipun tanpa bulan tak ada satu pun bintang berkelap kelip diatas sana, beberapa kali aku menengok depan memastikan tak ada kendaraan didepanku. Semakin aku terbawa, udara sepoi, lampu lampu jalanan yang sepia, dan beberapa kendaraan yang melaju melewatiku tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya.
"alf, kamu ingat tidak, kita pernah poto di atas jembatan sana, aku masih ingat betul, gara2 pengen bergaya kayak superman kamu hampir jatuh diatas sana hihihih! untungnya ada aku disana hihi" suara cekikikan geli tanpa ada beban terdengar samar2 ditelingaku
air menetes diwajahku, beberapa detik turunlah berjuta air dari atas membasahi tubuhku yang sangat menenagkan jiwa ini, akupun langsung membelokan motorku keluar jalur dan mencari tempat yang lebih kering teduh biar aku terjaga dari hujan yang semakin deras ini, udara sangat dingin terasa membuat tulang2ku beku dan membuat tubuhku terus bergetar. Lalu Aku mencoba mengosok-gosokan kedua tanganku dan meniup udara hangat ke dalam kedua tanganku.
"ya ujan!!basah deh... udara tambah dingin lagi" keluh beta kedinginan
"nih pakai jaketku, biar lebih hangat" pintaku kepada beta
"ga usah alf,kamu kan basah kuyup, entar lebih kedinginan kalau ga pakai jaket itu"
Lalu aku paksa beta untuk mengenakan jaket setegah basahku  kepada beta, walapun setegah basa mungkin bisa membuat beta lebih hangat meskipun tubuh terasa membeku oleh dinginya hujan malam ini.
lalu dia  berkata "terimakasih, alfa"
30 menit berlalu dengan canda tawa bermain air di tempat teduh itu sehingga melupakan dinginnya  hujan yang jika dirasakan membuat tubuh ini kaku kedinginan. tiba tiba suara petir mengelegar
…..DEARRRRRRRR.....
melihat sekeliling terasa sepi hanya diterangi lampu pijar 5 watt, nampak remang remang. hujan mulai reda hanya gerimis yang memulai menampakan pertujukannya. lalu aku beranjak dan mulai kembali melanjutkan perjalanku. aku masih terbayang hal-hal yang dulu. terasa nyata dan selalu bergulir disetiap aku berhenti etah dimana aku merasa dia selalu disampingku.
……….8 bulan yang lalu…..


aku mengenal beta dari sekolah menegah akhir, kita selalu bersama dari bel sekolah masuk hingga pulang sekolah, seperti layaknya pasangan kekasih yang mabuk cinta yang tak terpisahkan meskipun kenyataannya kita hanyalah teman sahabat saja. Aku dan beta beda jurusan dan beda aktifitas tapi pada akhirnya pasti bersama. beta adalah seaorang gadis yang riang, dia memiliki senyum yang manis, walau kadang suka bego sendiri. aku pertamakali menggangap dia aneh selalu senyum sendiri. aku pikir dia itu psychopat gila dengan senyum khasnya yang mengerikan. dan ternyata setelah mengenalnnya aku pun  menjadi bagian dari dirinya. Awal pertemuan kita sungguh tak aku duka disaat aku kena kasus di sekolah karena ketahuan merokok dan beta sendiri ketahuan ingin kabur dari sekolah jadi kami berdua di diceramahi banyak hal dari guru BK sampai perut kami meronta kelaparan dari situlah kita mengenal. Dan selalu membuat masalah walaupun aku seorang yang lebih tertutup dari pada beta yang lebih cerewet dan penuh dengan hal yang tak bisa aku duga sama sekali.
1 hal lagi kebiasaan kita yang unik, aku dan beta selalu berjalan dan menikmati indahnya kota kecil kami di waktu terbit dan tengelamnnya mentari. Dan ternyata kota yang kecil, kampung halaman, kota kelahiranku terasa indah dari penjuru mataangin. aku baru menyadari ada sebuah tempat, yang biasa kita sebut skyward "menuju ke angkasa" disana kota kecil kami terlihat semua dari sepanjang penjuru mata angin. disana terdapat pohon beringin yang sudah tua, dari awal pertama aku lihat merinding juga, berjunta junta akar sangat rindang dan agak mistis jika aku rasakan
"wadeh, bet ini namanya sarang genderuwo bukan skyward!!"
"heheehh, itu yang menjadikan lebih sempurnah" jawab singkat beta
"maksud kau??" saut aku penuh tanda tanya sambil melihat pohon yang mistis itu
"kalau ga ada tuh pohon, nih tempat akan dijadikan tempat muda mudi pacaran, dijadikan tempat macam bulan madu mereka, dan akhirnya tempat ini menjadi banyak sampah dan bau"
“tapi kita nikmatin saja alf, keberadaan kita disini mumpung masih perawan tempat ini hihihihihi” tawa khasnya beta muncul di akhir kalimat konyolnya.
Aku dan beta menikmati indahnya tempat itu, dari jauh di balik gunung, sang surya mulai kembali terbenam, meninggalkan sinar emas yang membuat reflesi ke dalam langit sore itu, sungguh merona kejingaan.
Tiba-tiba beta menyadarkan tubuhnya, kepala beta tepat menempel di pundak kananku, bau parfumnya tercium dekat menempel disela-sela nafasku.
“alf, kau akan tetap disampingku seperti inikan?” Tanya beta serius
Tak kusangka, sosok beta yang konyol, suka blak-balakan, idealis, dan periang berubah haluan berpuluh puluh derajat. Baru kali ini aku mendengar ucapan beta yang membuat jantung ini terasa tak berdetak. Beberapa detik menit aku hanya terdiam,  tak menanggapi ucapan beta.
“aku ingat seseorang alf, dia adalah orang paling special buatku, dulu kami selalu bersama sepanjang waktu seperti kita ini, selalu bercanda tawa, berlari lari tak mempedulikan kesedihan dihati…” beta berdiri dan menatap senja
Sepintas beta meneteskan air mata, namun dia hannya menutupinya dengan tawa kekonyolannya
“eh alf, malah bengong sih, ayo sudah malam.. saatnya kamu mengatar tuan putri pulang keistana” sentak beta sambil melempar batu kecil ke arahku
tak kusangka dia masih biasa bercanda dan berupaya menguatkan dirinya sendiri. Aku pun hanya biasa terdiam kali ini, dan hanya mengikuti tawa-tawa konyol dan sycopatnya beta….
“ketemu besok alfa sayaaaaaannnggggggggku” teriak beta didepan rumahnya yang dianggap lapangan yang luas tanpa ada bangunan disana.
Akupun hanya mengangat tangan kananku dan melambai beberapa lambaian saja. Dan  dari balik kaca spion, aku melihat beta dan semakin jauh dan menjauh hingga tak Nampak. Aku hanya berpikir tentang perkataan beta tadi di atas bukit. Apa yang ingin dia katakana kepadaku saat itu, banyak hal yang aku tak tau dari sosok beta selama ini. Dari samping kilatan sinar yang menyilaukan mata dan di ikuti suara klakson yang terdengar beberapa meter disampingku……
DYAARRRRRR……!!!!!!!
…..
………
Suara keras terdengar, pagi ini terasa kepalaku ingin meledak, suara alarm memecah sebagian kepalaku, aku mencari cari dari mana suara itu datang, ternyata suara dari telepon gengamku. Lalu aku meraihnya dan waker otomatisku terpasang jam 7 tepat, yang membuat otakku meleleh. Waker terpasang kode-kode sulit untuk memetikannya yang bertujuan agar aku cepat bangun dan bergegas sadar dari buaian kemalasan. Tapi pagi ini tubuhku terasa panas dingin, mungkin deman menyerang tubuhku dikarenakan kehujanan malam itu, diwaktu kondisi tubuhku tidak fit. Tak peduli dengan kode-kode itu, aku masukan telepon gengamku kedalam tumpukan baju-baju kotorku, sebelumnya aku masukan kedalam kantong plastic untuk lebih meredam suara kerasnya.
Aku lalu menjatuhkan diri kedalam tempat tidurku dan meraih slimutku yang hangat. Suara waker tak lagi aku hiraukan, lambat laut suara terdengar familiar bagi telingaku, tumbuhku terasa berat, nafasku sesak, penglihatanku sangat buyar tak mampu memandang jelas jarak 1 meter kedepan, suara lirih dan bergema... Terasa pegangan kencang meremas tanganku, teriakan dari segala arah memangil-mangil namaku.
"ALFA BANGUN... KAMU HARUS TETAP..."
suara yang mengema tak lagi bisa aku dengar dengan jelas... Terasa tak asing suara di telingaku..
DOk.DOk.DOk
"hai tukang tidur, saatnya bangun oi,KULIAH" suara di balik pintu kamarku yang didobrak oleh dony salah satu teman tempat aku tinggal saat ini. Sontak saja aku kaget dan terlihat tubuhku berkeringat mengalir, nafasku tersengak sengok tak terkontrol....  dony lalu menghampiriku
“kau demam alfa” teriak dony sambil memengang tubuhku yang panas penuh keringat. Dony lalu meraih tubuhku dan menyandarkan aku di tembok.
“kau harus ke dokter sekarang” panik dony
“ga usah don, entar juga sembuh” jawab singkatku
Dony memaksaku untuk kedokter walau diriku lemas tak berdaya. Aku hanya memandang sekitar kamar yang semakin gelap. Aku pun mulai bangkit entah beberapa detik aku mulai jalan kakiku tak mampu lagi menopang tubuhku ini dan akupun terjatuh tak sadarkan diri di lantai kamarku yang dingin tepat di kaki dony.
……..
Suara tangisan terdengar di sampingku, aku mencoba menarik tangaku, bahkan jari-jarikupun tak bisa aku rasakan. Seluruh tubuhku tak mampu aku rasakan seperti biasanya. Jarak pandangku  kacau tak mampu melihat seseorang yang disampingku. Aku hanya bisa bernafas sesak dan mendengar beberapa alat, seperti alat bantu pernafasan. Banyak hal yang aku lupakan, sama  sakali aku tak mengingat apa yang terjadi.
Suara lirik terdengar di balik tangis dari arah sampingku
“alfa, aku tidak akan meninggalkanmu aku akan terus menunggumu disini sampai kamu sembuh, tetap berjuang alf”
Pastilah itu suara beta yang selalu aku ingat, terdengar sangat lirih  seperti orang yang belum makan beberapa minggu, suara lemas sedih, membuat hati ini semakin sesak melihat suara dan tangis itu. Aku terasa sesak, suara alat bantu dan detak jantung semakin terdengar kencang. Teriakan dari arah samping
“DOKTER… DOKTER.. ALFA DOK”
Suara teriakan panik beta mengema di ruangan itu. Beberapa dokter dan perawat mulai berdatangan. Salah satu perawat itu menyuntikkan sesuatu ke lenganku dan dokter itu mulai menginstruksi perawat untuk membawaku keluar kamar tersebut
“BAWA PASIEN KE RUANG UGD CEPAT”
Detak jantungku semakin berdekat kencang sesak nafas yang sesak seperti katungan nafsku hilang. Beberapa saat dentuman keras dari dadaku, terasa membuat segala tubuhku bergetar. Dentuman kedua Sangat kuat terasa membuat jantung ku meledak. Tiba tiba akupun terperanjat dari tempat aku tidur.
“alfa, kau sudah sadar”
Melihat sekeliling, terlihat dony didepanku. Aku berada di ruangan yang bersekatan, sebuah bangsal rumah sakit. Yang terdapat 4 kasur berukuran kecil. Bau khas rumah sakit yang kental dengan obat.
“hai, don… akhirnya aku disini juga” lemas suaraku berbicara
“kau sudah gila, menyiksa tubuhmu sendiri, sudah lama kau tak makan!!” tanya doni geram
Aku hanya terdiam tak mempedulikan kecemasan dony, hanya senyuman yang aku bagi kepadannya. Dony pun merasa pasrah melihat diriku yang tergeletak disini.
“yah, okelah kalau begitu, aku sudah mulai tenang kalau kau sudah sadarkan diri, aku mau cari makan dulu, gara-gara kau aku tak mengisi perut ini dari pagi” ucap dony sambil keluar dari bangsal menuju kantin terdekat.
……..
Suara kipas angin yang berderit nampak sangat tua mengiang-iang dalam ruangaku berada,  tercium harum buah jeruk yang asam meresap dalam aromannya. Angin sepoi membawaku kedalam hentian waktu yang tercipta ragu menjelma menjadi bangian yang hilang. Aku merasakan ada sesuatu yang hilang dalam memori kehidupanku, seseorang yang dulu menghadirkan sebuah arti sebuah kehidupan yang manis.
…….
Dia tersenyum disebelahku “mau buah? Aku kupas dulu ya appelnya” tanya beta dengan semyum meronanya.
Dia selalu berada disampingku, selalu menjadikan sebuah pegangan dalam aku melangkah, selalu setia kemanapun aku berada.
“kau capek kan? Pulanglah istirahat” pintaku menatap beta yang sedang mengupas buah untukku
“entar ah, aku lagi ngupas buah nih tanggung” jawab pendek beta
Sore itu aku memandang beta yang begitu lelah tubuhnya kurus dan terlihat kantung tidurnya yang telah menghitam. Namun dia tak menampakan kesedihan sedikitpun di depanku, terus tersenyum dan berupaya menguatkan diri untukku.
“terimakasih untuk semuanya beta” ucapku
Dia hanya menjawab dengan senyum dan memengang tanganku penuh kehangatan.
Tiba-tiba suara telepon genggam terdengar dari dalam tas beta yang tergeletak di kursi. Tak ada reaksi dari beta untuk mengankatnya. Beberapa kali suara keluar dari balik tasnya namun ekspresi beta terasa berat untuk mengangkatnya.
“angkatlah bet, siapa tau penting”
“ah bodo’ paling dari teman yang pengen tau soal tugas sekolah atau ga ya dari teman yang pengen curhat, biarlahlah nanti aku sms saja” jawab beta judes sambil menyuapkan buah yang dia kupas kepadaku.
“habis ini minum obat dan istirahat oke, aku mau keluar dulu, cari cemilan buat amunisi entar malem dan awas jangan sisakan atau dibuang obatnya!!!!” beta dengan cerewet menjelaskan segala aturan, seakan melampaui kecerewetan ibuku dan lalu beta mengambil dompet dan meletakkan tas didekat tempatku berada.
15 menit berlalu tanpa beta
Kesunyian melanda ruangan ini
Suara ringtone terdengar dari arah tas beta, suara genggam beta mulai kembali berdering tanpa ada empunya berada. Terus berdering dan berdering tanpa henti. Langsung aku raih tas beta dan mencari telepon gengamnya dan mengangkatnya.
Sebelum aku menjawabnya, langsung terdengar suara dari balik spekernya
“beta! Kenapa kau tak pernah membalas semua email dan smsku, kau marah kepadaku?” jawab sosok pria dari balik telpon genggam beta.
“em sorry, ini bukan beta, dia sedang keluar dan hpnya dia tinggal” jawab aku